
Parigi Moutong, PUSATWARTA.ID – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, menggelar diskusi publik bertema “Mengenali Sejarah dan Potensi Ancaman Sesar Lokal di Teluk Tomini”, Selasa (21/10), di salah satu kafe di Kota Parigi.
Kegiatan ini bertujuan meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap potensi bencana gempa bumi di wilayah tersebut.
Diskusi ini secara resmi dibuka oleh Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Parigi Moutong, Abdul Azis Tombolotutu.
Dalam sambutannya, ia menekankan bahwa edukasi kebencanaan harus melibatkan seluruh lapisan masyarakat, bukan hanya pemerintah dan aparat terkait.
“Penanggulangan bencana bukan hanya tugas pemerintah, tetapi menjadi tanggung jawab kita semua,” ujar Abdul Azis.
Abdul Azis menjelaskan, Kabupaten Parigi Moutong berada di kawasan geologis yang kompleks, diapit oleh beberapa patahan dan sesar aktif, termasuk sesar lokal di sekitar Teluk Tomini.
Kondisi ini menjadikan wilayah tersebut rawan terhadap gempa bumi dan perlu mendapat perhatian serius dalam aspek mitigasi.
“Pemahaman terhadap sejarah kegempaan dan kondisi geologi lokal sangat penting agar kita bisa melakukan langkah mitigasi yang tepat,” katanya.
Menurutnya, diskusi ini juga dianggap sebagai momentum strategis untuk membangun interaksi kebencanaan yang lebih inklusif, sehingga masyarakat tidak panik dan dapat bertindak tepat saat terjadi bencana.
Abdul Azis menegaskan pentingnya sinergi antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat dalam menyusun strategi mitigasi yang berbasis pada data ilmiah.
Ia juga mendorong pembangunan budaya sadar bencana mulai dari tingkat sekolah, desa, hingga masyarakat umum.
Pemerintah Kabupaten Parigi Moutong, kata Azis, berkomitmen memperkuat sistem penanggulangan bencana daerah. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kapasitas BPBD dan relawan
Kemudian, penyusunan peta rawan bencana dan jalur evakuasi, melaksanakan sosialisasi kebencanaan di sekolah dan masyarakat, serta kerja sama dengan lembaga riset dan perguruan tinggi untuk penelitian lokal.
“Namun, semua upaya ini tidak akan berhasil tanpa partisipasi aktif dari seluruh elemen masyarakat,” tegasnya.
Pada kesempatan itu, ia juga mengajak seluruh masyarakat untuk menjadikan kesadaran terhadap bencana sebagai bagian dari budaya hidup sehari-hari.
“Setiap bencana membawa pelajaran penting, dan kesiapsiagaan adalah kunci utama dalam meminimalkan dampaknya,” demikian Abdul Azis.








