banner 728x250

BPS Sulteng Uji Produktivitas Padi di Parigi Moutong, Combine Harvester Tunjukkan Selisih Hasil Panen

BPS Sulteng uji produktivitas padi Kabupaten Parigi Moutong, Senin (19/5/2025). Foto – van).

Parigi Moutong, PUSATWARTA.ID–Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Tengah menggelar uji petik pengukuran produktivitas padi sawah menggunakan Combine Harvester sebagai bagian dari program survei terbaru tahun 2025.

Uji petik dilaksanakan pada Senin, (19/5/ 2025) di Dusun V Lumbung Sari, Desa Kasimbar Palapi, Kecamatan Kasimbar, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah.

banner 728x90

Uji petik ini dilakukan untuk membandingkan hasil panen padi menggunakan metode manual ubinan dan metode mekanis dengan Combine Harvester.

Baca lainnya :  DPRD Parimo Resmi Umumkan Penetapan Erwin Burase-Abdul Sahid Sebagai Bupati dan Wabup Terpilih

Hasil pengukuran ini bertujuan mengidentifikasi tingkat akurasi dan potensi kehilangan hasil panen saat menggunakan alat pertanian modern.

Kegiatan ini dilaksanakan oleh Tim Pertanian BPS Provinsi Sulawesi Tengah bersama BPS Kabupaten Parigi Moutong. Hadir dalam kegiatan tersebut Ketua Tim Pertanian BPS Parigi Moutong Hanafi Rahman Aljasa, perwakilan Koramil 1306- 19 Kasimbar, serta UPTD Penyuluh Pertanian Kecamatan Kasimbar.

Menurut Ketua Tim Pertanian BPS Sulteng, Ir. Yaslin Hendrita Tansala, M.Si., survei ini bertujuan untuk mengumpulkan data akurat mengenai produktivitas tanaman pangan. Ia menegaskan, data ini sangat penting untuk perencanaan pembangunan pertanian dan kebijakan pemerintah daerah maupun pusat.

Baca lainnya :  Disdikbud Parigi Moutong Akan Gelar Sosialisasi Penanganan ABK untuk Guru PAUD

Dari hasil uji petik, produksi padi menggunakan metode ubinan manual (ukuran 2,5×2,5 meter) menghasilkan sekitar 4,9 ton per hektare. Sementara, panen menggunakan Combine Harvester hanya menghasilkan sekitar 4,2 ton per hektare.

Artinya, terdapat potensi kehilangan hasil panen sebesar 500 hingga 700 kilogram per hektare akibat bulir padi yang tercecer dan tidak terambil oleh mesin.

Baca lainnya :  Wabup Parigi Moutong Buka Pelatihan Qori-Qoriah Menuju STQH XXVIII Sulteng

“Kalau kita hitung kerugian 500–700 kg per hektare dan dikalikan luas sawah 20 hektare, bisa hilang belasan ton gabah. Ini tentu merugikan petani secara ekonomi,” ujar Yaslin.

Ia menambahkan, meskipun alat modern mempercepat kerja di sawah, perlu ada evaluasi terhadap efektivitas dan efisiensi penggunaan Combine Harvester agar tidak berdampak pada kerugian hasil panen petani.(van)

Penulis: VanEditor: Aswadin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *