
Parigi Moutong, PUSATWARTA.ID – Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, mengalami fluktuasi tajam akibat seringnya terjadi bencana alam, terutama saat musim penghujan.
Hal ini disampaikan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappelitbangda) Parigi Moutong, Irwan, S.K.M., M.Kes., dalam kegiatan workshop yang digelar UNESCO bekerja sama dengan BRIN dan Universitas Budi Luhur Jakarta, Sabtu.
Menurut Irwan, sektor pertanian yang menjadi tulang punggung ekonomi Parigi Moutong sangat rentan terhadap dampak bencana seperti banjir, tanah longsor, gempa bumi, dan tsunami.
Ia mengungkapkan bahwa saat pandemi COVID-19, ekonomi daerah ini sempat mengalami kontraksi hingga minus 4,9 persen.
Namun, setelah pandemi mereda, pertumbuhan ekonomi sempat pulih ke angka positif 4,7 persen. Sayangnya, pencapaian tersebut tidak bertahan lama.
“Akibat bencana banjir bandang di Desa Torue yang merusak persawahan dan perkebunan, pertumbuhan ekonomi kami kembali turun menjadi 3,5 persen,” jelas Irwan.
Selain itu, beberapa wilayah lain di Parigi Moutong juga terdampak bencana yang merusak infrastruktur penting seperti jaringan irigasi, sehingga memperburuk kondisi perekonomian.
Bappelitbangda bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) telah menyusun dokumen perencanaan penanganan bencana.
Namun, Irwan menekankan bahwa bencana tetap sulit diprediksi dan menjadi tantangan besar dalam menjaga kestabilan ekonomi daerah.
“Parigi Moutong adalah salah satu daerah rawan bencana di Sulawesi Tengah. Tidak hanya gempa bumi dan tsunami, tetapi juga banjir dan tanah longsor,” ujarnya.